Lost

Coldplay : Up & Up

Dihinggapi bosan. Keheningan tiba-tiba memenuhi isi kepala. Hampa. Ide-ide enggan menghampiri. Dan rasa kantuk pun perlahan mulai menyerang. Ingin menyempurnakannya dengan tidur, barangkali bisa terbawa mimpi bertemu pujaan hati, namun, tak ada kasur.

Tinggalkan sejenak aksara-aksara yang beterbangan tak tentu arah dalam benak fikiran.

Semalam saya baru saja kembali dari Solo untuk sebuah acara yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Sesaat setelah mendarat, aroma bandara, desing mesin-mesin pesawat, dan semerbak wangi parfum pramugari-pramugari yang tertinggal, membuncahkan kembali kerinduan melihat keberagaman dari berbagai penjuru dunia dan sekaligus menikmati kesendirian sambil menjadi manusia asing di tengah negeri-negeri antah berantah nan masyhur dengan segala dinamikanya.

Kadang saya berfikir hingga merasa khawatir, bagaimana jika pada suatu masa mendatang, segerombolan makhluk entah dari mana yang memiliki tingkat kecerdasan 1 % di atas tingkat kecerdasan manusia berkunjung ke Planet Bumi lalu menganggap manusia sebagai tanaman, misalnya.

Mungkin sebagian dari mereka akan membudidayakan.

Mungkin sebagian dari mereka mengkonsumsi sebagai bahan makanan.

Mungkin sebagian dari mereka akan menebangi.

Mungkin sebagian dari mereka akan menginjak-injak seperti semak.

Mungkin sebagian dari mereka…

Ah! Entahlah! Ngeri membayangkannya!

Beberapa waktu yang lalu saya juga sempat bertemu teman zaman kuliah dulu. Dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa dan sebagai ibu dari dua anak. Dia terlihat jauh lebih manis dengan kacamata dan parasnya yang tampak segar mewarnai pipi tembemnya.

Saya jadi teringat long weekend pada dua minggu yang lampau. Saya gagal pulang kampung karena kehabisan tiket kereta api. Sempat terbesit niat untuk menggunakan bis menuju kampung halaman, tapi bayangan kemacetan menyiutkan nyali saya. Kemacetan hanya akn membuat saya stress bukan kepalang. Kemudian, saya melalui long weekend di kota tempat saya berdomisili saat ini. Bogor.

Enam kegiatan utama saya pada saat long weekend kemarin adalah tidur, mandi (sehari sekali), wisata kuliner, pergi ke toko buku (Gramedia), mendatangi majelis musik untuk belajar memainkan gitar, dan menonton film. Kesibukan yang saya ciptakan bagi diri sendiri tersebut membuat long weekend seolah menggelinding begitu saja tanpa bisa dikendalikan sejenak untuk sedikit bonus pada ruang-ruang bagi kemalasan. Long weekend ibarat melati pujaan hati yang hadir memanjakan di atas peraduan penuh cinta. Maka, ketika long weekend hendak atau bersiap untuk berlalu menghantar ke gerbang rutinitas kembali, kerinduan akannya menjadi tak tertanggungkan, menancap dalam hingga ke palung kalbu.

Pernah tidak teman-teman sekalian membayangkan jika pada abad-abad megacanggih mendatang, perjalanan antar planet dan atau bahkan antar galaksi menjadi sangat lumrah. Saat itu akan ada shelter-shelter atau terminal-terminal kendaraan pelontar waktu berkecepatan cahaya bertebaran di luar angkasa. Mungkin Kementerian Perhubungan akan membuka kantor-kantor dinas di sana.

Lalu bagaimana nasib hubungan pertemanan antara Captain America dan Iron Man?

Untuk ukuran film dengan rating IMDb 8.6/10, Rotten Tomatoes 92 %, disamping plot cerita dan ending yang kurang mengesankan, di Captain America : Civil War juga tidak tersaji rangkaian saajak-sajak puitis (puisi). Jadi, tanpa bisa saya pungkiri AADC 2 masih jauh lebih menarik dengaan segala dinamikanya.

Selain fakta bahwa hingga saat ini saya masih harus menunggu moment yang tepat untuk memoles BluShumei, Vespa Super 1978 kesayangan saya ke bengkel, saya juga baru tahu jika setiap tanggal 17 Mei dirayakan sebagai Hari Buku Nasional.

Baiklah, saya akan jujur, sebenarnya saya sedang naksir seorang gadis cantik nun jauh di seberang. Seberang kota, maksud saya. Hehehe.. Namun, saya masih takut untuk mengatakannya. Saya tidak tahu apakah rasa ini akan terus saya simpan demi tidak mengganggu kenyamanan banyak pihak dan agar saya tetap bisa menikmati keindahannya dari jauh tanpa perlu dia tahu akan rasa yang telah bersemi di ladang hati ini?

Atau mungkin saya perlu melakukan perjalanan lintas negara lagi? Seperti, misalnya, perjalanan yang sedang saya angankan : menjelajahi jalur Tiongkok-Mongolia-Vladivostok-Khabarovsk-Irkutsk-Novosibirsk-Omsk-Chelyabinsk-Yaroslavl-Moscow menggunakan Trans Siberian.

Lalu, saya menyambung dengan kereta api lagi menuju Vienna-Paris-Amsterdam-Antwerpen-Selat Dover-London. Dari London, setelah selfie di depan istana Westminster yang tersohor dengan jam raksasa bernama Big Ben itu, saya naik kereta api lagi kembali menyeberangi Selat Dover berlanjut dengan rute Antwerpen-Amsterdam-Paris-Vienna-Iran-Pakistan-Bangladesh-Myanmar-Thailand-Malaysia-Singapore.

Saya akan berhenti sejenak di Singapore dan menyempatkan waktu bermalam di Bandara Internasional Changi untuk sekedar melihat lalu lalang traveler-traveler lain dari berbagai belahan dunia yang sedang melakukan transit. Saya ingin menikmati keriuhannya sebelum kembali ke Indonesia dan (mungkin) menyetakan cinta pada gadis tersebut.

Sekilas tampak atau terdengar romantic memang…

Sayang, semua itu hanya khayalan.

Tinggalkan komentar